Jumat, 06 Mei 2016

PENGANGGURAN

Pengangguran


PENGANGGURAN
Setiap mendengar berita atau membaca surat kabar anda mendapat mencatat data tingkat pengangguran yang disiarkan setiap bulan. Tingkat pengangguran – persentase angkatan kerja yang menganggur – adalah indikator kunci kesehatan perekonomian. Karena tingkat pengangguran berhubungan erat dengan keluaran agregat perekonomian, pengumuman angka baru setiap bulan itu dicermati benar oleh ahli ekonomi,politisi, dan pembuat kebijakan.

Walaupun para ahli ekonomi makro itu berminat untuk mempelajari mengapa tingkat pengangguran naik atau turun dala periode tertentu, mereka juga berusaha untuk menjawab pertanyaan yang lebih mendasar: Mengapa selalu ada pengangguran? Jangan berharap bahwa tingkat penganggruan 0. Kapan saja beberapa perusahaan bisa bangkrut karena bersaing dengan rivalnya, manajemen yang kruang baik,atau bernasib buruk. Karyawan perusahaan-perusahaan tersebut umumnya tidak mampu segera menemukan pekerjaan baru, dan sementara mereka mencari pekerjaan, mereka menjadi pengangguran. Juga, pekerja yang memasuki pasar tenaga kerja untuk pertama kalinya mungkin penganggur beberapa minggu, beberapa bulan, sebelum akhirnya mendapatkan pekerjaan.

Jika kita mendasarkan analisis pada penawaran dan permintaan, seperti sudah kita lakukan dalam semua pembahasan sejauh ini kita akan mengharapkan kondisi berubah untuk menanggapi adanya pekerja yang menaganggur itu. Dinyatakan secara spesifik, bila ada pengangguran melebihi jumlah minimum, maka terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja –  pada tingkat upah sekarang, ada orang yang ingin bekerja dan tidak menemukan pekerjaan. Dalam teori ekonomi mikro tanggapan terhadap kelebihan penawaran adalah penurunan harga komoditas yang dibicarakan dan berakibat kenaikan jumlah yang diminta, penurunan jumlah yang ditawarkan, sehingga keseimbangan tercapai lagi.bila jumlah yang ditawarkan sama dengan jumlah yang diminta pasar mengalami keseimbangan.

Adanya pengangguran tampaknya mengimplikasikan bahwa pasar tenaga kerja agregat tidak berada dalam keseimbanga – bahwa ada sesuatu yang menghalangi jumlah yang ditawarkan dan jumlah yang diminta menjadi sama. Tetapi mengapa pasar tenaga kerja tidak terbuka peluang kerjanya ketika pasar lain melakukannya? Atau apakah pasar tenaga kerja itu terbuka peluang kerjanya dan data pengangguran mencerminkan sesuatu yang berbeda?

PEMERINTAHAN DALAM EKONOMI MAKRO
Banyak pembahasan kita tentang ilmu ekonomi makro menaruh perhatian besar pada peran potensial pemerintah dalam mempengaruhi perekonomian. Terdapat tiga jenis kebijakan yang digunakan pemerintah untuk mempengaruhi perekonomian makro.
1.      Kebijakan Fiskal
2.      Kebijakan Moneter
3.      Pertumbuhan atau kebijakan sisi – penawaran

1.      Kebijakan Fiskal
Merupakan salah satu cara pemerintah federal  mempengaruhi perekonomian adalah melalui keputusan pajak dari rumah tangga dan perusahaan serta mengeluarkan dana itu untuk barang-barang yang berkisar dari peluru, tempat parker,pembayaran keamanan sosial sampai jalan raya antarnegarabagian.  Baik besaran maupun komposisi dari pajak serta pengeluaran itu mempunyai pengaruh besar terhadap perekonomian.

Salah satu gagasan utama Keynes pada tahun 1930-an adalah kebijakan Fiskal dapat dan hendaknya digunakan untuk menstabilkan tingkat keluaran dan peluang kerja. secara spesifik, Keynes yakin pemerintah sebaiknya memotong pajak dan/atau menaikkan pengeluaran – yang disebut kebijakan Fiskal ekspansioner – untuk mengeluarkan perekonomian dari penurunan. Sebaliknya, dia mengemukakan pemerintah hendaknya menaikkan pajak dan/atau memangkas pengeluaran– yang disebut kebijakan Fiskal kontraksioner  – untuk mengeluarkan perekonomian dari inflasi.

1.      Kebijakan Moneter
Pajak dan pengeluaran bukan satu-satunya variable yang dikendalikan pemerintah.melalui federal reserve,yakni bank central Negara,pemerintah dapat menentukan jumlah uang dari perekonomian. Akibatnya kebijakan Moneter merupakan salah satu topic yang paling hangat diperdebatkan. Kebanyakan ahli ekonomi sepakat bahwa jumlah uang yang ditawarkan memepengaruhi tingkat harga keseluruhan, tingkat suku bunga, dan tingkat kurs mata uang asing, tingkat pengangguran, dan tingkat keluaran, kontroversi utama muncul sehubungan dengan bagaimana kebijakan Moneter memanifetasikan diridan tepatnya seberapa luar pengaruhnya.

2.      Kebijakan Pertumbuhan
Banyak ahli ekonomiskeptis tentang kemampuan pemerintah untuk mengatur siklus bisnis secara akurat dengan menggunakan kebijakan Moneter dan Fiskal. Pendapat mereka adalahbahwa focus kebijakan pemerintah seharusnya adalah merangsang penawaran agregat – untuk merangsang pertumbuhan potensial keluaran potensial dan pendapatan agregat.sekelompok besar kebijakan diarahkanuntuk menaikkan tingkat pertumbuhan. Banyak dari kebijakan itu ditargetkan pada pasar tertentu dan umumnya dibahas dalam ilmu ekonomi mikro. Saru kerisauan utama para ahli ekonmi makro adalahbahwa kebijakan pemerintah untuk mmembiayai pengluaran yang lebih tinggi dari pengumpulan pajak (deficit), sebenarnya menguras seluruh simpanan (tabungan) yang seharusnya mengalir ke dunia bisnis sehingga dapat digunakan untuk investasi modal. Fokus lain kebijakan pemerintah yang pro-pertumbuhan adalah system pajak. Tujuan utama reformasi pajak tahun 1981 dan 1986 adalah mendorong orang bekerja, menabung, dan melakukan investasi dengan menurunkan tariff pajak. Selain itu, Taxpayer Relief Act (Undang-undang keringanan bagi pembayar pajak) tahun 1997 berisi sejumlah ukuran pro pertumbuhan.



AKAR ILMU EKONOMI MAKRO


DEPRESI BESAR
Peristiwa-peristiwa ekonomi tahun 1930-an, yakni dasawarsa Depresi Besar, memicu sejumlah besar pemikiran tentang masalah perekonomian makro. Tahun 1920-an merupakan tahun-tahun kemakmuran bagi perekonomian A.S. sepertinya setiap orang yang menginginkan pekerjaan bisa mendapatkannya, pendapatan melonjat tajam, dan harga-harga stabil. Mulai akhir 1929, segala sesuatu tiba-tiba berubah menjadi jelek. Pada tahun 1929, 1,5 juta orang menganggur. Pada tahun 1993, pengangguran  itu meningkatkan sampai 13 juta dari angkatan kerja yang berjumlah 51 juta. Pada tahun 1929, Amerika Serikat memproduksi senilai $ 103 milyar barang dan jasa baru; pada tahun 1933, produksi itu merosot sampai $ 55 milyar, merosot sampai 50 persen. Pada bulan oktober 1929, ketika harga saham Wall Street anjlok, milyaran dollar kekayaan pribadi hilang lenyap. Pengangguran tetap di atas 14 persen dari angkatan kerja sampai tahun 1940.

Ø  Model Klasik  
Sebelum Depresi Besar, para ahli ekoknomi menerapkan model ekonomi mikro, yang kadang-kadang disebut sebagai “model klasik,”npada masalah-masalah perekonomian yang luas. (Kata ilmu ekonomi makro tidak ditemukan sampai sesudah perang Dunia II). Sebagai contoh, analisis penawaran dan permintaan klasik diasumsikan bahwa penawaran tenaga kerja yang berlebih akan menyebabkan turunnya upah ke tingkat keseimbangan baru; akibatnya, pengangguran tidak akan bertahan lama.

Dengan kata lain, ahli ekonomi klasi yakin bahwa resesi (penurunan dalam ekonomi) memperbaiki dirinya sendiri. Ketika jumlah keluaran jatuh daru permintaan akan tenaga kerja bergeser ke kiri; argument itu berlaku, tingkat upah akan menurun, yang karenanya menaikkan jumlah tenaga kerja yang diminta olhe perusahaan yang ingin mempekerjakan lebih banyak karyawan dengan tingkat upah baru yang lebih rendah.


Ø  Revolusi Keynesian
Salah satu karya paling penting dalam sejarah ekonomi, The General Theory of Employment, Interest and Money, oleh John Maynard Keynes, dipublikasikan pada tahun 1936. Berdasarkan apa yang sudah dipahami tentang pasar dan perilakunya, Keynes mulai membangun teori yang akan menjelaskan peristiwa-peristiwa ekonmi yang membingungkan di zaman itu.
Sebagian besar ilmu ekonmi makro berpijak pada karya Keynes. Menurut Keynes, bbukan harga dan upah yang menentukan tingkat permintaan agregat akan barang dan jasa. Keynes yakin pemerintah dapat campur tangan dalam perekonomian untuk mempengaruhi tingkat keluaran dan peluang kerja. Peran pemerintah selama periode permintaan swasta rendah, menurut Keynes, adalah untuk merangsang permintaan agregat dan, dengan melakukan itu, mengangkat perekonomian keluar dari resesi.

RIWAYAT ILMU EKONOMI MAKRO TERBARU
Sesudah Perang Dunia II, dan khususnya di tahun 1950, pandangan Keynes mulai membawa pengaruh baik terhadap ahli ekonomi  maupun atas pembuat kebijakan pemerintah. Pemerintah akhirnnya yakin bahwa mereka dapat campur tangan dalam perekonomian untuk mencapai sasaran peluang kerja dan keluaran ke tingkat tertentu, dan mereka mulai menggunakan kekuasaan mereka atas pajak dan pengeluaran, juga kemampuan mereka mempengaruhi tingkat suku bunga dan penawaran uang, yang tujuan eksplitnya adalah mengontrol naik turunnya perekonomian. Pandangan atas kebijakan pemerintah seperti itu diterima dengan kuat amerika Serikat dengan dikeluarkannya Undang-Undang peluang kerja tahun 1946 (employment act of 1946).

Ø  Penyesuaian perekonomian secara tepat pada tahun 1960-an
Pendapat bahwa perekonomian dapat dan hendaknya, bertindak untuk menjaga supaya perekonomian makro tetap stabil mencapai puncak popularitasnya pada tahun 1960-an. Selama tahun-tahun itu, Walter Heller, etua Council of Economic Advisors dibawah Presiden Kennedy maupun Presiden Johnson, menyebut, penyesuaian perekonomian secara tepat sebagai peran pemerintah dalam mengatur inflasi dan pengangguran. Selama tahun 1960-an, banyak ahli ekonomi pemerintahdapat menggunakan alat yang tersedia untuk memanipulasi tingkat pengangguran dan inflasi secara tepat.

Ø  Ketidaksesuaian dengan kenyataan Sejak tahun 1970-an
Sejak tahun 1970-an perekonomian A.S. mengalami serangkaian fluktuasi  besar dalam tingkat peluang kerja, keluara, inflasi. Pada tahun 1947 sampai 1975 dan 1980 sampai 1982, Amerika Serikat mengalami resesi yang hebat. Walaupun bencananya tidak sehebat Depresi besar  tahun 1930-an, resesi itu menyebabkan jutaan orang kehilangan pekerjaan dan mengakibatkan kerugian milyaran dollar karena kehilangan keluaran dan pendapatan.

Pada tahun 1974 sampai 1975 dan pada tahun 1979 sampai 1981, Amerika Serikat menunjukkan tingkat inflasi yang sangat tinggi. Perekonomian A.S juga mengalami resesi yang sedang pada tahun 1990 dan pertumbuhan ekonomi yang sangat lambat selama kira-kira dua tahun sesudah resesi.

Lebih dari itu, pada tahun 1970-an dapat disaksikan kelahiran stagflasi (stagnasi + inflasi). Stagflasi terjadi bila tingkat harga keseluruhan naik cepat(inflasi) selama periode resesi atau tingkat pengangguran yang tinggi dan lama (stagnasi). Sampai 1970-an, harga yang naik cepat dijumpai hanya dalam periode ketika perekonomian makmur dan pengangguran rendah (atau sekurang-kurangnya menurun). Masalah stagflasi itu menjengkelkan, baik bagi ahli teori ekonomi makro maupun pembuat kebijakan menyangkut kesehatan ekonomi.

Jelas hingga tahun 1975 bahwa perekonomian makro itulebih sulit dikontrol disbanding kata-kata Heller atau teori dalam buku pelajaran yang telah diyakini oleh ahli ekonomi. Peristiwa-peristiwa tahun 1970-an dan sesudahnya mempunyai pengaruh penting terhadap teori ekonomi makro.

Banyak dari keyakinan akan model Keynessian yang sederhana dan “kebijaksanaan konvensional” tahun 1960-an yang kehilangan makna. Cara baru untuk memahami perilaku perekonomian makro telah diusulkan, tetapi sampai sekarang tidak ada kesepakatan tentang penjelasan mana yang paling baik. Karena perubahan yang terus menerus dalam perekonomian makro seperti itulah maka timbul pengertian bahwa disiplin itu terbuka luas dan bahwa banyak permasalahan paling penting sekarang harus dipecahkan, dan itu membuat ilmu ekonomi makro begitu menyenangkan untuk dipelajari.

PERHATIAN ILMU EKONOMI MAKRO
Tiga perhatan utama ilmu ekonomi makro adalah inflasi, pertumbuhan keluaran, dan pengangguran. Pembuat kebijakan pemerintah menginginkan inflasi yang rendah, pertumbuhan keluaran yang tinggi, dan pengangguran rendah. Mereka mungkin tidak mampu mencapai tujuan-tujuan itu, namun tujuannya sendiri jelas.

INFLASI
Inflasi adalah kenaikan harga secara keseluruhan. Pengurangan inflasi telah lama menjadi tujuan kebijakan pemerintah. Yang terutama sangat bermasalah adalah hyperinflasi  atau periode kenaikan yang sangat cepat harga secara keseluruhan.

Kebanyakan orang Amerika tidak sadar seperti apakah kehidupan dibawah inflasi yang sangat tinggi. Dibeberapa Negara orang terbiasa terhadap kenaikan harga setiap hari, jam, atau bahkan setiap menit. Selama hyperinflasi di Bolivia pada tahun 1984 dan 1985, harga 1 butir telur naik dari 3.000 peso menjadi 10.000 dalam seminggu. Pada tahun 1985, tiga botol aspirin dijual dengan harga yang sama dengan harga sebuah mobil mewah pada tahun 1982. Pada saat yang sama, masalah penanganan uang menjadi beban. Bank-bank berhenti menghitung deposito-deposito $500 sama dengan kira-kira 32juta peso, dan sama sekali tidak masuk akal untuk menghitung 1 karung besar uang kertas. Mata uang Bolivia, yang dicetak di Jerman Barat dan Inggris, merupakan impor terbesar ketiga dinegara itu, sesudah gandum dan peralatan tambang.

Harga yang meroket di Bolivia adalah satu bagian kecil dari cerita. Bila inflasi mendekat angka 2.000 persen pertahun, maka perekonomian, dan organisasi keseluruhan, sebuah Negara mulai hancur. Para karyawan mungkin terus mogok untuk menuntut kenaikan upah yang seimbang dengan tingkat inflasi yang tinggi, perusahaan merasa hamper tidak mungkin mendapatkan kredit, dan perekonomian berputar-putar ditempat. Untungnya,  hyperinflasi biasanya berakhir sangat tiba-tiba dalam beberapa bulan, Bolivia berangkat dari tingkat inflasinya tertinggi didunia ke tingkat inflasi terendah di Belahan Bumi Barat.